Halaman

Selasa, 19 April 2011

TNI AL Musnahkan 12 Kapal Perang & 16 Pesawat


TNI AL Musnahkan 12 Kapal Perang & 16 Pesawat

SURABAYA- Dalam waktu dekat, TNI AL berencana memusnahkan 12 unit kapal perang jenis Landing Ship Tank (LST) buatan Amerika Serikat tahun 1942 dan 16 unit pesawat TNI AL, untuk digantikan dengan yang baru.

Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana TNI Agus Suhartono usai memimpin Upacara Sertijab Pangarmatim dan Gubernur AAL di Makoramatim Ujung, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/6/2010) mengatakan, pemusnahan ini sudah masuk dalam cetak biru serta program pembangunan kekuatan pokok minimum jangka pendek TNI-AL periode 2010-2014.

Sebagai tahap pertama, kata Kasal, akan dimusnakan empat unit kapal perang dari 12 yang akan dihapus. Hasil dari penjualan besi bekas akan dikembalikan ke pemerintah. ”Semua hasil akan kita kembalikan ke pemerintah pusat,” ujarnya.

Kasal menambahkan, pemusnahan ini guna menghemat pengeluaran untuk perawatan kapal perang. Sementara para personel kapal tersebut, akan diberdayakan pada kapal-kapal perang yang masih aktif sambil menunggu armada baru.

“Meskipun dimusnakan, kami jamin tidak mengurangi kekuatan armada TNI AL karena saat ini, kami juga telah membangun kapal-kapal perang jenis LST dan landing dock platform," tuturnya.

Pembuatan kapal-kapal tersebut berada di Batam, Banyuwangi, dan Surabaya. Diharapkan pembangunan kapal bisa mengakomodir kebutuhan pengamanan wilayah laut. ”Dengan membangun kapal di negara sendiri diharapkan akan terjadi transfer teknologi, sehingga kedepan kita bisa mandiri,” ujarnya.

Sementara untuk pesawat udara milik TNI AL. Dari 21 unit pesawat jenis Nomad, hanya lima unit yang dipertahankan untuk kegiatan latihan. Selebihnya, sebanyak 16 unit yang akan dimusnakan selama periode 2010-2012.

“Untuk pesawat, kami sudah memesan tiga unit CN-235 ke PT Dirgantara Indonesia. Mudah-mudahan dua tahun lagi sudah bisa memperkuat jajaran TNI AL," harapnya

Selama ini kata Kasal, pesawat terbang memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai pertempuran laut. Demikian pula, Penerbangan TNI AL yang lahir pada tahun 1956, telah banyak memberikan dharma baktinya kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Unsur-unsur udara TNI AL sebagai Fleet Air Arms telah memberikan pengabdian dalam berbagai operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain perang. Seperti Operasi Trikora, Dwikora, Operasi Jayawijaya, Penumpasan PGRS/Paraku, Operasi Seroja, dan Operasi Bakti Surya Bhaskara Jaya.

Juga berbagai operasi bantuan kemanusiaan seperti tsunami dan gempa bumi di Nanggroe Aceh Darussalam, Nias, maupun bencana alam di berbagai daerah lain di Tanah Air.

Di samping itu, unsur-unsur udara TNI AL terlibat aktif dalam operasi laut sehari-hari, dalam rangka pengamanan dan penegakan hukum di wilayah laut yurisdiksi nasional, serta Patroli Terkoordinasi (Patkor) dan Latihan Bersama (Latma) dengan negara-negara sahabat.

Kegiatan lain yang dilaksanakan oleh Penerbangan TNI AL adalah turut mendukung Satuan Tugas (Satgas) Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII/A dengan menyertakan satu heli BO-105 yang on board di KRI Diponegoro.

Pada perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis, menurut Kasal tantangan tugas Penerbangan TNI Angkatan Laut ke depan, akan semakin kompleks. Menyikapi kondisi tersebut, pembangunan kekuatan Penerbangan akan terus diupayakan, seiring dengan kebijakan dasar pembangunan menuju kekuatan pokok minimum (minimum essential forces).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar